Internasional

Kepala Intelijen Militer Israel Mundur Pasca Serangan Hamas

kepala intelijen militer israel mayor jenderal aharon haliva/istimewa

PROGRES BENTENG– Pengumuman pada Senin (22/4/2024) oleh militer Israel tentang pengunduran diri kepala direktorat intelijennya sebagai respons terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober sebelumnya adalah sebuah langkah mengejutkan.

Mayjen Aharon Haliva secara terbuka mengakui tanggung jawab atas kegagalan intelijen yang memungkinkan terjadinya serangan tersebut.

Menurut laporan militer Israel, serangan tersebut dilakukan oleh militan Hamas dan menyebabkan kematian 1.200 orang serta penyanderaan sekitar 250 orang.

Surat pengunduran diri Haliva, yang disampaikan oleh militer pada hari Senin, menyatakan niatnya untuk mundur dan pensiun setelah penggantinya ditunjuk.

“Direktorat intelijen di bawah komando saya tidak menjalankan tugas yang dipercayakan kepada kami. Saya membawa hari kelam itu selamanya, siang demi siang, malam demi malam. Saya akan membawa kepedihan itu selamanya,” kata Haliva dalam surat itu.

Dalam surat tersebut, Haliva mengakui bahwa direktorat intelijen yang dipimpinnya tidak berhasil menjalankan tugasnya dengan baik dan menyatakan rasa penyesalannya yang mendalam atas kejadian tersebut.

Keputusan Haliva untuk mundur membuatnya menjadi pejabat tinggi pertama yang mengambil konsekuensi atas serangan tersebut.

Israel menjawab serangan tersebut dengan serangan balasan di Jalur Gaza, dengan tujuan untuk menghancurkan Hamas dan menghentikan kemampuan mereka untuk melancarkan serangan terhadap Israel.

Dampak kampanye militer Israel terhadap Gaza sangat merusak, dengan sebagian besar wilayah tersebut hancur dan menyebabkan 75% populasi Gaza harus meninggalkan rumah mereka, menurut laporan PBB.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa lebih dari 34 ribu orang Palestina tewas akibat tindakan militer Israel, dimana dua per tiga dari korban tersebut adalah perempuan dan anak-anak.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan melancarkan serangan tambahan terhadap Hamas untuk memastikan pembebasan sandera yang ditawan di Gaza.

Ancaman tersebut dikeluarkan menjelang hari raya Paskah Yahudi, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Militer Israel mengklaim bahwa beberapa sandera yang diculik dalam serangan Hamas 7 Oktober lalu di Israel Selatan sekarang ditahan di kota Rafah, Gaza Selatan.

Netanyahu telah mengulangi ancamannya untuk melancarkan serangan terhadap Rafah, meskipun ada seruan dari masyarakat internasional, termasuk AS, untuk menahan diri.

Keprihatinan internasional terfokus pada keselamatan warga sipil Palestina di Rafah, dimana lebih dari separuh populasi Gaza mengungsi setelah menghindari serangan militer Israel di bagian-bagian lain Gaza.

Sementara itu, pada Minggu, tentara Israel melaporkan telah membunuh tiga orang Palestina di Tepi Barat yang diduduki, dengan mengklaim bahwa ketiga orang tersebut menyerang tentara Israel di dua lokasi berbeda.(Voa)

 

Sumber: Voa Indonesia

Exit mobile version