PROGRES BENTENG– Pada tahun 1990, sineas Indonesia Sisworo Gautama menyajikan sebuah karya epik berjudul “Pusaka Penyebar Maut,” yang menjadi tontonan tak terlupakan bagi para penikmat film horor Tanah Air.
Dibintangi oleh ikon horor Suzanna dan Fendy Pradana, film ini mengisahkan perjalanan Ario Kamandaka dalam mencari kebenaran dan membalaskan dendam atas kematian sang ibu, Nyi Polok.
Pemeran Utama:
- Suzanna sebagai Nyi Polok
- Fendy Pradana sebagai Ario Kamandaka
- Murti Sari Dewi sebagai Selasih
- Cong Maryono sebagai Ki Karpo
Sinopsis:
Cerita dimulai dengan konflik atas pusaka berharga, keris Empu Gandring, yang dimiliki oleh Nyi Polok (Suzanna).
Ki Karpo (Cong Maryono) menginginkan keris tersebut, dan konflik mencapai puncak ketika Nyi Polok terbunuh. Meski telah meninggal, Nyi Polok tetap teguh dalam menolak melepaskan keris tersebut.
Ario Kamandaka (Fendy Pradana), anak Nyi Polok yang baru lahir, selamat dari tragedi tersebut dan dibesarkan di dalam hutan.
Saat dewasa, Ario memutuskan untuk turun gunung dengan misi mencari pembunuh ibunya. Di perjalanan, ia bertemu dengan Selasih (Murti Sari Dewi), yang kemudian menjadi pendampingnya dalam menjalani misi berbahaya ini.
Dalam perjalanan balas dendamnya, Ario Kamandaka berhadapan dengan Ki Karpo dan kelompoknya.
Namun, takdir berkata lain ketika arwah Nyi Polok muncul dan mewariskan kepadanya ilmu dan kekuatan dari keris Empu Gandring.
Dengan bantuan Selasih, Ario Kamandaka bersiap untuk membalaskan kematian ibunya.
Pertarungan epik pun tak terhindarkan. Ario Kamandaka, didukung oleh ilmu warisan dan keberanian Selasih, berhasil menghadapi Ki Karpo dan mengungkap kebenaran di balik konflik tersebut.
Dengan memanfaatkan kekuatan keris dan kebijaksanaan yang diwarisi dari ibunya, Ario Kamandaka mengakhiri dendam dan menjunjung tinggi keadilan.
“Pusaka Penyebar Maut” tidak hanya menggugah ketakutan, tetapi juga menyajikan kisah penuh nilai keadilan, keberanian, dan warisan budaya.
Film ini menjadi kenangan indah dalam sejarah perfilman Indonesia dan tetap dikenang sebagai karya luar biasa dari Sisworo Gautama, Suzanna, dan Fendy Pradana.