Berita UtamaEdukasi

Lidya Renata, Anak Pedagang Lontong yang Sukses Raih Nilai Tertinggi UN SD

50
×

Lidya Renata, Anak Pedagang Lontong yang Sukses Raih Nilai Tertinggi UN SD

Sebarkan artikel ini
Lidya dan Kepala Sekolah
Lidya Renata Desvita dan Kepala SDN 1 Benteng Nurhayati (Foto: Hendry Dunan/PROGRES.ID)
Lidya dan Kepala Sekolah
Lidya Renata Desvita dan Kepala SDN 1 Benteng Nurhayati (Foto: Hendry Dunan/PROGRES.ID)

PROGRES.ID, BENTENG – Lidya Renata Desvita, siswi asal SD Negeri 1 Bengkulu Tengah (Benteng) ini mampu meraih nilai rata-rata tertinggi pada USBN tahun ini, yakni 96,1 dengan Nilai Akhir (NA) 288,2. Nilai ini adalah yang tertinggi pada pelaksanaan UN SD se-Kabupaten Benteng.

Tak disangka, Lidya rupanya bukandari keluarga berada yang fasilitas belajarnya selalu mampu ditunjang orang tuanya. Ia datang dari keluarga sederhana. Ibunya hanya bekerja sebagai penjual nasi uduk dan lontong sementara ayahnya sudah meninggal dunia.

Lidya rupanya tergolong murid yang berprestasi di sekolahnya. Ia langganan juara kelas, bahkan sering dikirim mengikuti sejumlah perlombaan antarsekolah di Benteng.

Kepala sekolah setempat Nurhayati mengatakan jika Lidya merupakan anak yang rajin sekolah dan selalu mengikuti seluruh kegiatan di sekolah. Meski ia sudah ditinggal bapaknya sejak duduk dibangku kelas satu, namun semangatnya untuk sekolah sangat tinggi.

Lidya Renata dan Kasek Nurhayati
Lidya Renata dan Kepala SDN 1 Benteng Nurhayati saat diwawancarai jurnalis di komplek sekolahnya (Foto: Hendry Dunan/PROGRES.ID)

“Lidya pernah kita kirim untuk mengikuti berbagai perlombaan dan hasilnya ia mampu menjadi juara. Kita tetap berharap semua anak didik di sekolah kami bisa terus menjadi yang terbaik,” ungkap Nurhayati.

Saat ditanya, Lidya mengaku bercita-cita akan menjadi seorang Polwan. Dipilihnya menjadi Polwan hanya untuk membantu ekonomi orang tua serta menaikan derajat sang ibu.

Lidya kepada media ini juga menuturkan tidak akan melanjutkan sekolah yang jauh dari kediamannya karena mengingat kondisi orang tuanya yang hanya menjadi pedagang nasi uduk.

“Saya hanya ingin sekolah di sini saja, bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja,” ungkapnya.(hdn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *